IGPA, menuju sekolah ramah lingkungan

 IGPA merupakan kepanjangan dari Indonesia Green Principal Award. Muncul karena kekhawatiran bersama pada lingkungan,bumi tempat kita berpijak dan beranak pinak. Sepanjang yang kita rasakan sampai saat ini, manusia yang makin tidak ramah dengan tempat tinggalnya.


Mengapa sekolah wajib turut mengambil peran pada bidang ini? Sekolah merupakan miniatur dari komunitas. Dari situlah benih bangsa tumbuh. Sekolah mampu memberikan warna,indah maupun tidak pada mereka generasi bangsa. Sekolah merupakan tempat hilir mudiknya perubahan. Sekolah mampu menjadi agent of change. Kepala sekolah harus turut berperan untuk hal ini. Mengajak komunitas melakukan kepedulian terhadap bumi lewat perjuangan panjang mengubah mindset, yang tentu berat,terjal dan berliku.


Mengapa UGM dan WTO yang menggandeng? Menemukan kepedulian itu seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami, jika tidak hati2 justru tangan kita yang tertusuk. Apalagi peduli pada bumi. Rasa itulah yang menjadikan IGPA sebagai kerja bersama. Tugas komunal yang akan membawa kita pada penyelamatan alam. Kita bisa masuk lewat pintu manapun. Mulai dari peduli sampah,peduli tanaman, peduli air, peduli tanah dan lain-lain yang sejatinya itu adalah peduli pada diri.


WTO,World Trade Organitation memandang hal ini sebagai peluang, dan sekolah mampu menggerakkannya sebagai ekonomi sirkular. Roda sirkular yang digerakkan akan mendatangkan pemberdayaan. Namun bagaimana mengkonstruksi mindset orang-orang didalamnya menjadi penting dan sulit. Inilah yang diberikan kepada kepala sekolah : menggandeng sekolah dan warga besarnya untuk sadar,peduli dan berdaya bersama.


Berbah, 20 Jan 2022

Oleh : Erma Praptiwi


Komentar