Memaknai KEMERDEKAAN (Parade pitulasan sesungguhnya)

Salah satu tanda sebagai manusia yang bersyukur  adalah kemampuannya membentuk budaya sebagai bentuk pengamalan dari segala potensi yang diberikan Allah SWT. Diusia senja Indonesia, 75 tahun ditengah pandemi. Sudah sepantasnya kita bia memberikan makna pada pertiwi. Masih pantaskah kita suguhkan lomba makan kerupuk kepada generasi dan juga apresiasi bagi pahlawan? sedangkan generasi emas kita dimasa datang butuh teladan dari insan-insan yang beradab. Seberapa sulit dan lamanya kita ajarkan mereka agar makan sambil duduk, dengan tangan kanan dan berdoa membaca basmalah? lalu kenapa tiba-tiba saat pitulasan selalu dilombakan makan dengan berdiri, mulut terbuka serta melompat-lompat?

Memaknai merdeka bukan dengan pesta  dan hura-hura. Merdeka berpikir adalah memberi anak-anak ruang untuk memiloh  dan mengeksplor imajinasi. Terciptalah kreatifitas hasil kolaborasi orangtua dan ananda dari rumah. Guru sebagai partner of study selalu siaga menemani. Kemeriahan pitulasan di Kateguhan diwarnai dengan video ucapan kemerdekaan bersama keluarga, cosplay pahlawan, pembacaan proklamasi ala Soekarno dan senam tik tok lagu tujuh belas agustus.

Dengan begini mereka berliterasi tentang pahlawan Nasional, eksplorasi make up, kostum, properti hingga bagaimana mengemas karya dengan teknologi. Semoga menjadi nutrisi yang menyehatkan bagi generasi ini. Guru tinggal mengikat makna erat-erat. Sungguh, guru takkan pernah bisa berjalan sendiri tanpa orangtua berkolaborasi untuk masa depan anak bangsa ini.

 

Kateguhan 2 Muharram 1442 / 21 Agustus 2020

Oleh : Erma Praptiwi, S.Pd, M.Pd, Gr (Kepala Madrasah MIM PK Kateguhan Sawit Boyolali

Komentar